TUGAS 7 : Prinsip- prinsip manajmen kelas
Tugas Manajemen Kelas Di SD
Tentang
“Prinsip- Prinsip Menajemen Kelas”
Oleh :
Rosita
Bp : 1620155
Kelas : 7.4 pgsd
DOSEN PEMBIMBING:
Yessi Rifmasari M.Pd
PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR (PGSD)
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
ADZKIA PADANG
2019
A.
Prinsip
Dasar Manajemen Kelas
Pengelolaan kelas mengandung
pengertian yaitu, proses pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan kondisi
kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif. Sedangkan prinsip
dasar pengelolaan kelas adalah pegangan atau acuan yang dimiliki sebagai pokok
dasar berfikir atau bertindak bagi seorang pendidik dalam usaha menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan kondisinya bila
terjadi gangguan dalam proses pembelajaran. Tujuan pengelolaan kelas adalah
agar setiap anak dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan
pengajaran yang efektif. Sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib
adalah:
1. Setiap anak
harus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak
tahu akan tugas yang harus diselesaikan atau tidak dapat melakukan tujuan yang
diberikan kepadanya.
2. Setiap anak
terus melakukan pekerjaaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak beepakerja
secepatnya agar cepat menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Pengelolaan
kelas sangat dibutuhkan untuk kelangsungan belajar mengajar yang optimal dan
menghindari terjadinya gangguan dalam pengelolaan kelas. Jadi, berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan
guru menciptakan dan memilihara kondisi belajar yang optimal. Sedangkan prinsip
dari pengelolaan kelas yaitu cara atau pegagangan yang harus dimiliki guru
dalam menciptakan suasana belajar dan mengembalikan suasana belajar apabila ada
gangguan.
Dalam manajemen kelas terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan sebagai prasyarat menciptakan satu model pembelajaran yang efektif
dan efisien, yaitu (Muhaimin,2002:137-144):
1.
Prinsip Kesiapan ( Readines)
Kesiapan
belajar ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, inteligensi, latar
belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan
faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
2.
Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi
adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah suatu tujuan tertentu. Adanya motivasi pada peserta didik maka akan
bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu
yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar, berusaha keras dan
memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut serta terus
bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.
3.
Prinsip Perhatian
Perhatian
merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan yaitu
berorientasi pada suatu masalah, meninjau sepintas isi masalah, memusatkan diri
pada aspek-aspek yang relevan dan mengabaikan stimuli yang tidak relevan. Dalam
proses pembelajaran perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya.
4.
Prinsip Persepsi
Prinsip
umum yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah (a) makin baik
persepsi mengenai sesuatu makin mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu
tersebut. (b) dalam pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah karena hal
ini akan memberikan pengertian yang salah pula pada peserta didik tentang apa
yang dipelajari (c) dalam pembelajaran perlu diupayakan berbagai sumber belajar
yang dapat mendekati benda sesungguhnya sehingga peserta didik memperoleh
persepsi yang lebih akurat.
5.
Prinsip Retensi
Retensi
adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang
mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat bertahan
atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali
jika diperlukan. Karena itu, retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh
peserta didik dalam proses pembelajaran.
B.
Permasalahan
Dalam Prinsip Menajemen Kelas
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan
atau individual dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan
atau individual dan masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan
yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua jenis masalah
itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan menangani
permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.
Masalah pengelolaan kelas tersebut, yaitu :
1. Masalah
Individual :
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa
tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.Setiap individu memiliki
kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang
individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia
akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku,
yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain,mencari kekuasaan, menuntut
balas dan memperlihatkan ketidakmampuan.Keempat tingkah laku ini diurutkan
makin lama makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian
orang lain boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan.
a.
Attention
getting behaviors (pola perilaku mencari
perhatian) : Seorang siswa yang gagal
menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan sosial yang
saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari
perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif
dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak(memperolok), membuat
onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang
rewel
b.
Powerseeking
behaviors (pola perilaku menunjukkan
kekuatan/kekuasaan) : Tingkah laku
mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam.
Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya
pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan
menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka.
c.
Revenge
seeking behaviors (pola
perilaku menunjukkan balas dendam) : Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari
bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain.
Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap
sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering
dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau
dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik (misalnya dalam
pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka
bertindak secara aktif daripada pasif.
d.
Helplessness (peragaan ketidakmampuan) : Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak
mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang
bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini
menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus
menerus.Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti
dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri.Sikap yang
memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.
Keempat
masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau
perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi
juga dapat merugikan orang lain atau kelompok. Ada empat teknik sederhana untuk
mengenali adanya masalah-masalah individu seperti diuraikan diatas pada diri
para siswa. Diantaranya yaitu :
a.
Jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa,
hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah
mencari perhatian.
b.
Jika guru
merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa
yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
c.
Jika guru
merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan
mungkin mengalami masalah menuntut balas.
d.
Jika guru
merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru
hendaknya benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah
laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke
mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan
ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.
2. Masalah
Kelompok
Ada tujuh
masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
a. Kurangnya
kekompakan : Kurangnya kekompakan kelompok
ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota
kelompok.Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau
bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini.
b. Kesulitan mengikuti peraturan kelompok : Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi
aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul,
yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok.Contoh-contoh masalah ini
ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa
diminta tenang; berbicara keras-keras atau mengganggu kawan.
c.
Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok : Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang
bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima
oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau
anggota kelompok yang menghambat kegiatan kelompok.
d. Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku
yang menyimpang : apabila
kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah
laku menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum
ialah perbuatan memperolok-olokan, misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu”
tentang guru.
e. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah
ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang
(anggota) lainnya saja.Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah
terganggu dalam kelancaran kegiatannya.
f. Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.
Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes
dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun
terselubung.Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas,
kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di
rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan
lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja.
g. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila
kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau
perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan peraturan,
pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan
lain-lain..Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah laku yang tidak
sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah
kelas yang baik.
Mengajar
sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan saja tidak cukup, tetapi
harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak langsung harus dapat
membimbing siswa untuk melakukan dan menyadari etika, budaya serta moral yang
berlaku di tempat siswa tinggal. Guru bukan sebagai pemberi informasi
sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan guru sebagai fasilitator, teman
dan motivator.
C.
Kebijakan
Tentang Prinsip Manajemen Kelas
1.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Pasal 51 ayat
1 menyatakan bahwa “ Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah atau madrasah. “
2.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
PP No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional Pasal 49 ayat 1
mengemukakan bahwa “ Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan
dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.”
3.
Permendiknas No. 19 Tahun 2007
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan memuat secara terperinci tentang :
a)
Perencanaan Program
b)
Pelaksanaan Rencana
c)
Pengawasan dan Evaluasi
d)
Kepemimpinan Sekolah atau Madrasah
e)
Sistem Informasi Manajemen
f)
Penilaian Khusus
Pertayaan Saat Diskusi :
1. Gintan
Mutiara : Bagaimana cara guru mengatasi permasalahan yang individual pada pola
perilaku mencari perhatian ?
2. Yulastri
Aroza : Bagaimana cara guru meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam kelompok
tersebut agar pembelajaran menjadi efektif
?
3. Muhammad
Ikhsan : Bagaimana cara memanajemen sebuah kelas agar permasalahan dalam kelas
tersebut dapat diatasi ?
Daftar
Rujukan
Ekosiswoyo, Rasdi. 2000. Manajemen kelas. Semarang: CV.
Ikip.Semarang press.
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Remaja Rosyda
Karya.
Suhardan, Dadang et.all. 2009. Manajemen Pendidikan. Alfabeta:
Bandung.
Sangat bermnfaat
BalasHapusMaterinya sangat bermanfaat semoga bisa diterapkan di lapangan nanti
BalasHapusSangat membantu
BalasHapussangat membantu
BalasHapusMaterinya sangat bermanfaat sekali
BalasHapusBermamfaat sekali bagi pembaca kak
BalasHapusSangat bermanfaat kak, semoga bisa diterapkan di lapangan nantinya🙏
BalasHapusMateri lengkap, mudah d pahami
BalasHapusKarya tulisnya bagus
BalasHapusSangat bermanfaat👍
BalasHapusMaterinya lengkap dan mudah dipahami
BalasHapusMateri ny lengkap dan membantu
BalasHapusBagus
BalasHapussangat membantu
BalasHapusMaterinya sangat membantu saya
BalasHapusMaterinya sangat membanth
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapusBermanfaat sekali
BalasHapusmaterinya sanagt bermanfaat dan dapat di mngerti
BalasHapusBagus materinya kakak
BalasHapusBagus kembangkan lagi
BalasHapusBermanfaat sekali kak
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapus